Perkembangan
Seni Rupa di Indonesia
Seni rupa di Indonesia sudah ada sejak zaman prasejarah.
Adapun rincian perkembangan seni rupa tersebut, yakni sebagai berikut.
- . Zaman Prasejarah
Pola dasar seni
prasejarah Indonesia mungkin bertanggal jauh sebelum masa kedatangan bangsa
Austronesia, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Meskipun demikian, melihat
kesinambungan gaya dan bentuk yang ada hingga saat ini, mungkin ada beberapa
benda yang dibuat dalam kurun waktu begitu tua.
Perkembangan
seni rupa di Idonesia dimulai sejak penemuan situs-situs arkeologi pada dinding
gua, yaitu berupa lukisan yang terbuat dari arang mineral berwarna sejenis oker (semen), serta ramuan berwarna dari
jenis-jenis tumbuhan di sepanjang pantai Kepulauan Indonesia Timur terutamadi
Pantai Barat Laut Papua, Kepulauan Kei, Pulau Seram di Maluku, Sulawesi Selatan dan Kalimantan.
Para ahli
memperirakan lukisan-lukisan tersebut berkaitan erat dengan upacara-upacara yang
bersifat religius magis, yaitu berupa upacara kesuburan dan kematian (siklus
hidup subur dan mati). Adapun objek-objek yang dilukis di antaranya :
a.
Perahu, sebgai
simbol sarana kesuburan dan kematian.
b.
Ikan, sebagai
makanan utama dan simbol kesuburan.
c.
Berbagai jenis
reptil, seperti kadal, sisak, tokek, biawak, buaya, dan burung enggang. Di
beberapa wilayah Indonesia, kadal digambarkan sebagai “Dewa Bumi”, sedangkan
burung Enggang, sebagai “Dewa Atas/Dewa Langit”.
Seni rupa di
Indonesia mulai meninjukkan bentuk yang lebih maju pada zaman perunggu yang
berlangsung sejak 500 tahun SM. Penemuan suhu tinggi pada teknik peleburan
logam dan teknk cor (a’ sire perdue)
memperlihatkan tingginya peradaban manusia pada saat itu. Karya seni mewakili
zaman perunggu masih bertalian erat dengan upacara-upacara religius magis,
seperti neraka, moko, candrasa, patung-patung nenek moyang, serta pembuatan
peralatan rumah tangga, peralatan berburu, dan menangkap ikan.
- 2 .Zaman Klasik
Zaman klasik dibedakan
menjadi beberapa periode dan masing-masing zaman memiliki ciri dan keunikan
tersendiri, antara lain sebagai berikut.
- Pengaruh Hindu Budha
Pengaruh
Hindu-Budha dalam bidang seni dimulai sejak abad ke-4 M, bersamaan dengan
penyebran kedua agama tersebut di Indonesia. Banyak di antara konsep
Hindu-Budha mengenai para dewa yang dinyatakan dalam berbagai bentuk, baik
dalam bentuk manusia maupun bukan manusia. Bentuk pengaruh Hindu-Budha terhadap
karya seni rupa Indonesia antara lain :
- Seni Patung atau Seni Pahat
Pada patung
Hindu-Budha, ragam hias yang paling umum digunakan adalah padma teratai. Padma melambangkan
tempat duduk dewa tertinggi, terbentuknya alam semesta, kelahiran Budha,
kebenaran utama, tempat kekuatan hayati dan suci bagi kaum Yogin), serta rasa kasih. Bentuk hias yang lain adalh swastika (melambangkan daya dan
keselarasan agad raya), kalamakara
(terdiri dari kala yang melambangkan
waktu, dan makara malambangkan
makhluk seperti buaya), serta kinnara
yang berwujud setengah manusia dan burung (anggota dari kelompok dewa penghuni
langit).
- Arsitektur
Pengaruh zaman
Hindu-Budha dalam bidang seni rupa sangat kental dalam bidang arsitektur,
khususnya arsitektur pada bangunan candi. Candi di Indonesia dibedakan menjadi
candi Hindu dan candi Budha.
- Candi Hindu
Arsitektur
candi Hindu Indonesia memiliki gaya yang sama dengan India Selatan. Candi Syiwa
Lara Jonggrang di Jawa Tengah, misalnya. Candi tersebut melukiskan penafsiran
setempat yang terperinci mengenai tempat pemujaan agama Hindu yang menunjukkan
ciri Syiwaisme.
- Candi Budha
Bangunan candi
Borobudur, tidak ada hubungan gaya dengan India. Borobudur terdiri atas sepuluh
tingkat konsentris. Enam tingkat paling bawah dirancang sebuah bidang persegi,
sementara empat tingkat di atasnya merupakan stupa utama berbentuk lingkaran.
- Seni Kriya
Para ahli
sejrah menduga masyaralkat kita mengadakan kontak dengan melalui perdagangan.
Masuknya pengaruh Hinduu-Budha dari India memberikan nilai tambah bagi
perkembangan seni kriya di Indonesia, terutama dalam teknik menenun kain katun
dan sutra. Berpadu dengan keterampilan setempat, seni kriya bahan tenunan pun
berkembang menjadi bentuk seni batik.
2.Pengaruh Cina
Hubungan dagang
Indonesia dan Cina dimulai antara tahun 250 sampai 400 M, yaitu beberapa ratus
tahun sebelum terjadinya berbagai perubahan seni dan budaya secara nyata.
Hubungan dagang tersebut berlangsung di kota-kota pelabuhan tempat para
saudagar Cina tinggal dan menikah dengan masyarakat setempat.
Walaupun tidak
sekuat pengaruh Hindu-Budha, ebudayaan Cina tetap memainkan peranan penting
dalam perkembangan seni rupa Indonesia. Pada hakikatnya, pengaruh Cina pada
unsur kebendaan (dalam hal bentuk), tanpa tujuan keagamaan dan sosial budaya.
Pengaruh budaya
Cina yang tampak pada seni rupa Indonesia antara lain :
- Arsitektur
Rincian dan
kerumitan ukiran kayu yang serupa dengan bagian dalam istana dan masjid juga
ditemukan di gerbang mmakam, relief di beberapa candi di Jawa Timur menampakkan
pengaruh Cina dalam bentuk liku-liku yang meliuk dan ragam hias awan. Selain
itu pengaruh Cina tampak pada pura dan beberapa istana, sejumlah tempat
peribadatan, seperti Klenteng, bahkan masjid yang menggunakan keramik dan
piring-piring Cina.
- Peralatan Rumah Tangga
Sejak dulu masayrakat Indonesia yang
masih tradisional menggunakan tikar sebagai alas duduk. Sejak abd ke-16 mulai
ada perubahan. Para bangsawan istana mulai menggunakan kursi sofa. Perabotan
taman, hiasan keramik, dan pot bunga sebagian menggunakan produk Cina.
- 3. Pengaruh Islam
Pengaruh Islam
terhadap seni Indonesia merupakan hasil perdagangan yang dimulai sejak abd
ke-11. Para pedagang dari Gujarat, India, membangun permukiman di sepanjang
Pantai Timur Sumatra dan Aceh. Selanjutnya pusat-pusat kebudayaan Islam
dibangun secara bertahap di Demak dan Jepara.
Pengaruh
kebudayaan Islam terhadap seni rupa antara lain sebagai berikut.
- Pahatan Kubur dan Masjid
Beberapa makam islam paling tua menggunakan nisan bergaya
Islam. Batu nisan gaya Gujarat ditemukan di Samudera Pasai (Aceh Utara) dan
Gresik. Arsitektur masjid Indonesia pun berbeda dengan yang ditemukan di negara
Islam lainnya. Masjid lama dibangun dengan mengikuti prinsip dasar bangunan
kayu, dan disertai dengan pembangunan pendapa di bagian depan. Selain itu juga
memiliki atap tumpang yang memberikan ventilasi, dan disangga oleh deretan
tiang kayu. Masjid-masjid tersebut terdapat di Cirebon, Banten, Demak, dan
Kudus. Bagian dalamnya dihiasi pola bunga, satwa, dan bangun berulang. Letak
piring-piring China, Vietnam, dan Thailand digunakanuntuk menyamakan lantai
berwarna yang ditemukan di masjid Timur Tengah dan Moghul, India.
- Kaligrafi
Kaligrafi Islam, khususnya kaligrafi Arab, merupakan unsur
penting dalam seni hias Islam. Begitu pula dengan seni kaligrafi Indonesia,
sebagian besar mendapat pengaruh dari seni kaligrafi Arab. Benda-benda upacara
yang ada di istana-istana, seperti belati, tombak, pedang, dan panji-panji
sering dihiasi kaligrafi. Selain itu, hiasan kaligrafi juga nampak pada lukisan
kaca dan ukiran kayu pada dinding istana. Tokoh wayang juga ada yang dihiasi
oleh ragam hias kaligrafi untuk menyamarkan bentuk manusianya.
4 4. Pengaruh Barat
Kedatangan Portugis (abad 16) dan Belanda (abad 17) ke
Indonesia, merupakan awal masuknya pengaruh Barat dalam seni rupa Indonesia.
Sampai saat ini pengaruhnya masih tampak pad aberbagai bidang, yakni
arsitektur, busana, seni sastera, seni wastra, dan peralatan rumah tangga.
- Arsitektur
Pengaruh Belanda dalam bidang arsitektur dapat ditemukan
pada bangunan-bangunan yang hingga kini masih banyak terdapat di beberapa
wilayah nusantara. Gaya arsitektur Belanda ada pula yang dipadukan dengan gaya
arsitektur tradisional, seperti ubin, jendela kaca timah, dan teralis besi
tempa.
- Busana
Salah satu contoh pengaruh gaya busana Barat yang masih
lestari hingga kini yaitu penggunaan jas. Pada awal kedatangan bangsa Belanda,
para penguasa mengambil alih kebiasaan orang Eropa dalam memakai jas yang
biasanya dibuat dari beludru dan dihiasi dengan pita emas. Jas dengan gaya
tersebut masih sering digunakan untuk upacara istana atau upacara resmi,
misalnya busana kenegaraan abdi dalem yang
mengiringi kereta kuda Soltan Yogygakarta dan Sunan Surakarta.
- Peralatan Rumah Tangga
Sebelum kedatangan bangsa Eropa, masyarakat Indonesia biasa
duduk di lantai dan tikar. Namun ada beberapa naskah tua yang menerangkan
tentang peralatan rumah tangga yang biasa digunakan orang-orang kelas atas pada
waktu itu. Misalnya, Piagam Kembang Sri abad 12, menyebutkan hak beberapa orang
terhormat untuk menggunakan dipan berukir yang ditutup kain indah ddan hiasan
lainnya.
Peralatan rumah tangga Eropa pertama kali muncul di kalangan
istana. Pada awalnya Soltan tidak menerima orang Eropa duduk di tempat yang
lebih tinggi. Oleh karena itu, Soltan mulai menggunakan kursi, terutama di
tempat umum ketika mereka muncul bersama dengan pegawai Belanda. Walaupun
peralatan tersebut didatangkan dari Belanda oleh masyarakat kalangan atas,
tetapi polanya banyak ditiru oleh pengrajin lokal.
Seni
rupa modern Indonesia diwakili ketika seorang pemuda Jawa, bernama Raden Saleh
mendapat kesempatan belajar seni lukis di Belanda pada awal abad ke-19 (pada
masa penjajahan). Walaupun ia memiliki bakat yang luar biasa, tetapi ia tidak
memberikan pengaruh langsung pada perkembangan seni di Idonesia karena tidak
adanya pelukis lain yang sama tingkatannya awal pada abad ke-20.
Setelah
Raden Saleh, hanya beberapa seniman yang mencapai ketenaran yang berarti,
samapi kemunculan generasi baru yang lebih dikenal dengan pelukis Mooi Indie. Sebagian besar pelukis
aliran ini dibimbing oleh seniman Belanda dan mengikuti gaya naturalis
romantis. Kelompok ini merupakan cikal bakal seni rupa modern Indonesia. Tiga
tokoh di antaranya, yaitu pelukis Abdullah Suryosubroto, Pirngadie, dan Wakidi,
menjadi guru beberapa tokoh seni modern di Indonesia.
Sumber :http://artikelakel.blogspot.co.id/2012/12/perkembangan-kesenian-mulai-dari-seni.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar