Rabu, 09 Oktober 2019

Alat-Alat Menggambar

Sumber daya alam yang ada di bumi ini memang luar biasa sekali ya teman-teman. Benda-benda seperti batu tulis, styli logam, arang, kapur, bahkan pahat. dan berlian pun bisa digunakan untuk menggambar.

Wah keren ya, ternyata alat untuk menggambar tidak hanya sekadar pensil, cat air, krayon, atau pensil warna. Biar lebih jelas lagi, ini dia penjelasan tentang 7 alat menggambar yang jarang kita ketahui.

1. Arang
Arang merupakan potongan kayu yang dibakar telah digunakan sejak era seni Prasejarah, ketika seniman paleolitik menghasilkan lukisan gua yang menakjubkan yang dapat ditemukan di Chauvet, Lascaux, dan Altamira.

Tradisi ini dipelihara oleh Old Masters, yang gambar arang persiapan untuk lukisan mural, panel, dan bahkan lukisan miniatur kadang-kadang dapat dilihat di bawah pigmen. Menggambar arang biasanya memberikan stroke (ketebalan garis) yang berpori dan tidak terlalu melekat.

Pensil arang runcing bisa menghasilkan garis yang sangat tipis. Bahkan jika menggunakan selebaran di permukaan, ia menciptakan bidang yang kencang. Menggosok dan mencoreng garis arang menghasilkan bayangan menengah yang redup dan transisi yang halus.

Karena sedikit perekatnya, arang sangat ideal untuk sketsa korektif, namun jika gambarnya harus dilestarikan, perlu dilindungi oleh fiksatif.

2. Kapur
Sejak awal abad ke-16, kapur batu, seperti yang ditemukan di alam, telah menjadi semakin populer dalam gambar seni. Sebagai bahan alami, kapur alumina memiliki berbagai tingkat kekerasan, sehingga stroke bervariasi dari sedikit granular (berpasir) hingga homogen padat dan halus.

Pencarian untuk kualitas seragam telah menyebabkan produksi kapur khusus untuk menggambar; yaitu kapur, yang setelah dilumatkan, dicuci, dan dibentuk menjadi tongkat yang nyaman, memungkinkan stroke yang lebih lembut, lebih teratur dan juga bebas dari partikel berpasir.

3. Pastel
Menggambar dengan pastel dapat menjadikan penyempurnaan warna yang lebih baik, ia terbuat dari bubuk pigmen dicampur dengan jumlah minimum pengikat non-berminyak. Ketika warna diterapkan pada kertas, mereka selalu terlihat segar dan cerah. Warna pastel dapat diterapkan dalam teknik linear langsung dengan krayon, atau ke area kertas langsung dengan jari-jari.

4. Titik Logam
Teknik titik logam telah digunakan dalam penulisan dan penggambaran sejak zaman dahulu, sehingga diperlukan sedikit imajinasi untuk menggunakannya juga dalam menggambar. Seniman menggunakan alat ramping (batang atau stylus) dari logam lunak murni, seperti timbal, perak, timah, tembaga serta berbagai paduan timbal dan timah.

Bahan yang paling umum digunakan adalah timbal lunak, yang bila digunakan pada permukaan halus menghasilkan garis abu-abu pucat; warnanya tidak sangat kuat, mudah dihapus, dan ideal untuk sketsa persiapan.

5. Titik Grafit
Pada akhir abad ke-16, sebuah media gambar baru muncul dan dengan cepat mengganti metalpoint untuk membuat sketsa dan menggambar awal. Dikenal sebagai titik grafit – atau “timbal Spanyol” sesuai tempat asalnya – medium gambar ini menarik popularitas yang meluas, walaupun karena konsistensi lembutnya, digunakan terutama untuk sketsa persiapan, bukan gambar otonom.

6. Menggambar dengan Pena
Fungsi pena tetap hampir tidak berubah selama beberapa ribu tahun. Efek kapiler dari ujung perpecahan, berlaku cairan gambar ke permukaan tanah (awalnya perkamen, papirus, vellum, tetapi sejak Abad Pertengahan Akhir, hampir secara eksklusif kertas) dalam berbagai jumlah tergantung pada saturasi pena dan tekanan yang diberikan oleh tangan bergambar.

Pena bulu ayam menawarkan kemungkinan artistik yang lebih luas. Sejak Abad Pertengahan akhir – pena bulu telah menjadi instrumen yang paling sering digunakan untuk menerapkan zat warna cair ke permukaan gambar.

Ujung pena pena bulu yang lentur, tersedia dalam berbagai kekuatan, memungkinkan skala sapuan individu yang relatif luas – dari garis-garis tipis yang lembut, seperti yang digunakan dalam sketsa persiapan untuk ilustrasi dalam buku-buku yang diterangi, hingga garis yang energik dan luas.

7. Menggambar dengan Kuas
Kuas ini ideal untuk mengaplikasikan pigmen pada permukaan datar (lukisan) tetapi kuas ini juga digunakan dalam menggambar sejak zaman prasejarah. Selain tinta gambar yang disebutkan di atas – semua yang telah digunakan bersama dengan sikat serta gambar pena – kuas juga telah dibuat dengan kombinasi cairan.

Salah satu teknik artistik paling umum yang digunakan dari seni Klasik Yunani ke Baroque adalah Sinopia, sketsa awal yang normal untuk lukisan mural yang monumental. Lukisan ini dibuat dengan kuas, sehingga punya semua karakteristik gambar persiapan.

So, ternyata seni menggambar itu nggak melulu pakai pensil, pensil warna, krayon, atau cat air, ya. Ada banyak banget alat menggambar yang ternyata bisa jadi media penyaluran bakat seni kamu.

Sumber :
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/quipper-indonesia/7-alat-menggambar-selain-pensil-warna-krayon-dan-cat-air-1542168788899281139

Rabu, 25 September 2019

Typogrphy

Apa sih typography itu ?
Typography atau dalam bahasa Indonesia disebut Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tentang seni dan desain huruf (termasuk simbol) dalam aplikasinya untuk media komunikasi visual melalui metode penataan layout, bentuk, ukuran dan sifatnya sehingga pesan yang akan disampaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Secara modern, tipografi berkaitan dengan penataan huruf pada media elektronik, baik dari segi tampilan maupun outputnya ke berbagai media cetak.
Sedangkan secara tradisional, tipografi berkaitan dengan penataan huruf melalui media manual berupa lempeng baja yang timbul atau karet (stempel) yang timbul yang berkenaan dengan tinta dan akan dituangkan ke permukaan kertas.
Tipografi atau typography menurut Roy Brewer (1971) dapat memiliki pengertian luas yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan dan berbagai hal bertalian pengaturan baris-baris susun huruf (typeset), tidak termasuk ilustrasi dan unsur-unsur lain bukan susun huruf pada pada halaman cetak.
Peran dari pada tipografi itu sendiri adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke pengamat.  Terkadang secara tidak sadar, kita selau berhubungan dengan tipografi setiap hari dan setiap saat. Seperti koran atau majalah yang kita baca, label pakaian yang biasa kita kenakan dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. .
Tipografi (dalam bahasa inggris : Typography) adalah perpaduan antara ilmu seni dan teknik mengatur tulisan, agar maksud serta arti tulisan dapat tersampaikan dengan baik secara visual kepada pembaca. Tipografi tidak hanya terbatas lewat pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, dekorasi, kesesuaian dengan tema, tetapi juga meliputi tata letak vertikal atau horizontal tulisan pada sebuah bidang desain. Tipografi juga bisa dikatakan sebagai “visual language” atau dapat berarti “Bahasa yang dapat dilihat”.
Tipografi memegang peranan penting dalam segala hal yang berkenaan dengan penyampaian bahasa non verbal (menggunakan tulisan) dalam segala bentuk publikasi, karena kita harus tahu berapa ukuran tulisan yang akan kita gunakan, efek dan bentuk yang akan kita tampilkan sehingga muatan emosi dan sifat dari pesan yang muncul sesuai dengan tujuan komunikasi yang ingin kita sampaikan kepada publik.
Sebagai contoh, dalam bahasa verbal, kita tidak mungkin berteriak dengan bentakan untuk merayu/membujuk seseorang sehingga menuruti atau memahami kemauan kita. Begitu juga dalam tipografi, kita tidak mungkin membuat tulisan dengan bentuk tegas dan keras (seperti larangan atau bentakan emosi) untuk publikasi yang bersifat membujuk atau menawarkan sesuatu produk atau jasa. Untuk itulah kita harus belajar tipografi.


Ada beberapa tahapan yang harus kita lalui untuk belajar tentang tipografi :
1. Pengenalan Anatomi Huruf.
Kita tidak mungkin dapat menilai seseorang itu cantik atau jelek, kalau kita tidak tahu apa itu wajah. Dan kita juga tidak bisa menilai seseorang itu anggun dan menarik, kalau kita tidak tahu apa itu tangan, kaki, badan, dsb. Begitu juga dengan Tipografi, Anda tidak mungkin dapat mengenali dengan baik sifat-sifat huruf yang akan Anda gunakan apabila Anda tidak mengetahui unsur-unsur yang membentuknya.
2. Pengenalan Bentuk dan Penerapannya pada Publikasi.
Pada tahap ini Anda harus belajar bagaimana baris-baris teks itu disusun dalam format yang benar. Memberi efek pada tulisan dengan benar. Mengatur jarak antar huruf, jarak antar baris dan sebagainya sehingga tulisan dapat dibaca dengan baik oleh publik. Mengatur besar kecilnya tulisan yang sesuai. Mengatur perataan yang proporsional sesuai degan sifat materi yang disampaikan dan sebagainya.
3. Mempelajari Legibility Teks dalam Publikasi.
Disini Anda diminta jeli dalam mengeksplorasi perbedaan antara berbagai jenis keluarga tulisan (typeface) dan tahu menempatkan huruf sesuai dengan citra yang akan ditampilkan. Eksperimen sangat diperlukan untuk menempa keahlian pada tahap ini. 

Kalau sudah menguasai ilmu tipografi, maka Anda akan menguasai sebagian unsur yang diperlukan oleh seorang desainer grafis.


Sejarah Perkembangan Tipografi
Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglif pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus.
Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi.
Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya.


Klasifikasi Rupa huruf
Dalam beberapa literatur tipografi, rupa huruf dapat di golongankan dalam beberapa klasifikasi, yang berguna untuk mempermudah mengidentifikasi rupa huruf tersebut. Berdasarkan klasifikasi yang umum dan sering dipakai, klasifikasi berdasarkan timeline sejarahnya dan fungsinya, rupa huruf digolongkan menjadi:
1. Blackletter / Old English / Textura, berdasarkan tulisan tangan (script) yang populer pada abad pertengahan (sekitar abad 17) di Jerman (gaya gothic) danIrlandia (gaya Celtic).
2. Humanis / Venetian, berdasarkan tulisan tangan (script) gaya romawi di Italia. Disebut humanis karena goresannya seperti tulisan tangan manusia.
3. Old Style, Rupa huruf serif yang sudah berupa metal type, gaya ini sempat mendominasi industri percetakan selama 200 tahun.
Transitional, Rupa huruf serif, muncul pertama kali sekitar tahun 1692 oleh Philip Grandjean, diberi nama Roman du Roi atau “rupa huruf raja”, karena dibuat atas perintah Raja Louis XIV.
4. Modern / Didone, Rupa huruf serif, muncul sekitar akhir abad 17, menjelang zaman Modern.
5. Slab serif / Egytian Rupa huruf serif, muncul sekitar abad 19, kadang disebut Egytian karena bentuknya yang mirip dengan gaya seni dan arsitektur Mesir kuno
Sans-serif / Rupa huruf tanpa kait
6. Grotesque Sans-serif, muncul sebelum abad 20.
7. Geometris Sans-serif, bentuk rupa hurufnya berdasarkan bentuk-bentuk geometris, seperti lingkaran segi empat dan segitiga.
8. Humanis Sans-serif, bentuk rupa hurufnya seperti tulisan tangan manusia.
9. Display / dekoratif, muncul sekitar abad 19, untuk menjawab kebutuhan di dunia periklanan. Cirinya adalah ukuranya yang besar.
10. Script dan cursive, bentuknya menyerupai handwriting – tulisan tangan manusia. Script, hurufnya kecil-kecil dan saling menyambung, sedangkan Cursive tidak.

Selain itu ada juga klasifikasi yang berdasarkan bentuk rupa hurufnya:
1.Roman/Serif pada awalnya adalah kumpulan huruf kapital seperti yang biasa ditemui di pilar dan prasasti Romawi, namun kemudian definisinya berkembang menjadi seluruh huruf yang mempunyai ciri tegak dan didominasi garis lurus kaku.Pengertian lain adalah:memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin
Egyptian, atau populer dengan sebutan slab serif. Cirinya adalah kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
Sans Serif, dengan ciri tanpa sirip/serif, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
Script, merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
Miscellaneous, merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
Anatomi huruf dalam tipografi
Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gamabar dapat dianalsisi dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dan teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatis yang disebut dengan ground.
Kejelasan bentuk huruf dan Keterbacaan
Kejelasan bentuk huruf (legibility) adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu karakter / rupa huruf / tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan siripan, kontras goresan, dan sebagainya.
Penggunaan warna
Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Keterbacaan (readability) adalah tingkat kenyamanan / kemudahan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:
Jenis huruf
Ukuran
Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning, perataan, dan sebagainya
Kontras warna terhadap latar belakang
 sumber : https://tugasdesaintgi.wordpress.com/2014/05/09/pengertian-typography/
Sumber : Kaskus

Rabu, 11 September 2019

True Love


Tepat hari ini, Rabu, 11 September 2019 Indonesia kehilangam salah satu putra terbaik bangsa yaitu beliau B.J Habibie presiden ke-3 Republik Indonesia. Beliau meninggal di RSPAD Gatot Soebroto dalam usia 83 tahun. Beliau meninggal setelah kepergian Alm. Ainun istrinya, pada tanggal 22 Mei 2010. Kisah cinta mereka tentunya sangat menginspirasi banyak orang terutama saya. Ucap janji antara mereka untuk saling setia hingga salah satunya dipanggil oleh sang Maha Kuasa tentunya membuat saya percaya bahwa cinta sejati itu memang benar-benar ada.

Mengutip puisi yang pernah dibuat oleh Habibie kepada Alm. Ainun saat dihari peringatan ke 1.000

 


Seribu

Sudah Seribu hari Ainun pindah ke dimensi dan keadaan berbeda.
 Lingkunganmu, kemampuanmu, dan kebutuhanmu pula berbeda. Karena cinta murni, suci, sejati, sempurna dan abadi tak berbeda. Kita tetap manunggal, menyatu dan tak berbeda sepanjang masa.
Ragamu di Taman Pahlawan bersama Pahlawan bangsa lainnya. Jiwa, roh, bathin dan nuranimu menyatu denganku. Di mana ada Ainun ada Habibie, di mana ada Habibie ada Ainun. Tetap manunggal dan menyatu tak terpisahkan lagi sepanjang masa.
"Titipan Allah bibit cinta Ilahi pada tiap insan kehidupan di mana pun. Sesuai keinginan, kemampuan, kekuatan dan kehendak-Mu Allah. Kami siram dengan kasih sayang, cinta, iman, taqwa dan budaya Kami, Yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi sepanjang masa.
Allah, lindungi kami dari godaan, gangguan mencemari cinta kami. Perekat kami menyatu, manunggal jiwa, roh, bathin dan nurani kami. Di mana pun, dalam keadaan apa pun kami tetap tak terpisahkan lagi.
Seribu hari, seribu tahun, seribu juta tahun ......... sampai akhirat !

Bacharuddin Jusuf Habibie
Jakarta, 15 Februari 2013

Dan pada akhirnya, engkau bertemu kembali dengan belahan jiwamu. 
Selamat jalan bapak, setelah sekian lama engkau terpuruk dan nelangsa, kini engkau kembali bertemu dengan bidadarimu, kesetian dan kekuatan cinta yang luar biasa.
Kini engkau dipertemukan kembali dengan separuh jiwamu.

Lepaskanlah rindumu yang selama ini engkau pendam
Berbahagialah engkau selamanya



Rabu, 04 September 2019

Finally I'm comeback

Assalamualaikum wr.wb
Hallo guys
Terakhir aku nulis di blog sepertinya tahun 2015 itupun waktu aku masih SMA kelas XI. Hobi ku masih sama seperti yang dulu, lebih tepatnya untuk mengurangi efek gabutku yang sering banget aku rasain yaitu "menggambar" khusus gambar arsiran pensil. Terakhir kalinya aku gambar arsiran mungkin 3 tahun yang lalu, setelah sekian lama aku ngga pernah gambar lagi dan akhirnya aku mau corat-coret lagi. Engga vakum si ya sebernya mungkin akibat badmood yang berkepanjangan :v
Buat pembukaan postingan ku yang pertama di tahun ini aku mau menyampaikan visi dan misiku dalam blog ini.

Visi :

Menjadi website rujukan bagi pecinta gambar / lukisan, menjadikan gambar sebagai media berekspresi dan pengembangan bakat


Misi :
  1. Menyediakan informasi lengkap mengenai seni rupa 
  2. Menyediakan informasi mengenai pentingnya berekspresi melalui gambar
Sekian visi dan misi dari pembuatan blog ini, untuk postingan selanjutnya saya mungkin akan memposting beberapa karya yang pernah saya buat. 

Semangat dan terus berkarya guys !!! 
Thankyou...

Jumat, 20 November 2015

Apresiasi dan Ekspresi Karya Seni Rupa Terapan

Apresiasi dan Ekspresi Karya Seni Rupa Terapan

A. Apresiasi Keunikan Gagasan dan Teknik dalam Karya Seni Rupa Terapan

1. Pengertian Apresiasi
Apresiasi adalah sikap kepekaan dalam mengenal dalam menghargai, mengagumi, dan
menilai sebuah karya seni. Apresiasi pasif tumbuh seiring dengan pembiasaan yang sifatnya pasif sampai pada tahap menilai, mulai dari mengamati gambar atau reproduksi karya seni rupa di buku hingga menghadiri pameran karya seni rupa. Apresiasi aktif yaitu apresiasi pasif yang disertai pembuatan karya.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam mengkaji atau menilai sebuah karya seni, yaitu berkaitan dengan nilai bentuk dan nilai isi.
a. Nilai Bentuk
Berkaitan dengan hal yang sifatnya indrawi atau disebut juga nilai intrinsik. Misalnya, garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur, warna, dan nada gelap terang.
b. Nilai Isi
Nilai isi disebut pula nilai ekstrinsik dan sifatnya nonfisik karena berada di balik wujud karya. Seorang pengamat setelah mengamati nilai-nilai fisik akan menangkap isi atau pesan perupa yang terdapat pada karya, misalnya komposisi, gagasan, pesan, perlambangan, tema, gaya, kemampuan teknik, dan bakat perupa dalam mengolah nilai-nilai bentuk.

2. Apresiasi Karya Seni Rupa
a. Pendekatan mimetik
Sebuah karya dinilai kaitannya dengan kenyataan yang ada di alam.
b. Pendekatan Ekspresif
Menilai ungkapan atau ekspresi perupa yang diwujudkan dalam karya.
c. Pendekatan Struktural
Dilakukan dengan menilai kesatuan utuh karya dengan strukturnya.
d. Pendekatan Semiotik
Dilakukan dengan menilai kandungan berbagai tanda yang ingin disampaikan seorang perupa kepada penikmatnya.

3. Menilai Keunikan Karya Seni Rupa Terapan
a. Pakaian
b. Perhiasan
c. Senjata
d. Topeng dan wayang
e. Kemasan
f. Alat transportasi
g. Bangunan
h. Peralatan rumah tangga
i. Benda ritual
j. Alat musik

B. Sikap Apresiatif terhadap Keunikan Karya Seni Rupa Terapan
 

1. Kritik Seni
Kegiatn kritik merupakan salah satu aspek dari apresiasi yang berkaitan dengan kegiatan memberi resensi (ulasan) suatu pameran atau karya seni.
Cara memberi komentar kritik terhadap karya seni, antara lain:
a. Pemaparan
b. Uraian kebetulan (formal)
c. Penafsiran arti atau makna
d. Penilaian
Kritik seni terdiri atas berbagai jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Kritik Jurnalistik
b. Kritik ilmiah
c. Kritik Populer
d. Kritik Pedagogik

C. Merancang dan Membuat Karya Seni Rupa Terapan
1. Seni Keramik
Keramik berasal dari kata kramos bahasa yunani yang berarti “lempung yang dibakar”. Para perupa media keramik di Indonesia pada umumnya berlatar belakangakademi seni rupa, seperti Hilda Sumantri, Hendrawan Riyanto, Suyatna, F. Widyanto, Noor Sudiati, dan Asmudjo.
2. Jenis Keramik
Berdasarkan perbedaan komposisi bahan dan suhu pembakarannya.
a. Gerabah lunak atau earthenware
b. Jenis stoneware
c. Porselen atau porcelain
3. Media dan Teknik Seni Keramik
Teknik membuat keramik terdiri atas:
a. Dipijit atau pinching
b. Paduan bilahan/irisan atau slabbing
c. Dibuat dari paduan bentuk pilin/tali coiling
d. Dicetak tekan atau molding
e. Dicor atau casting

D. Menyiapkan Pameran Karya Seni Rupa
1. Tujuan dan Fungsi Pameran
a. Pameran berfungsi sebagai sarana apresiasi
b. Sebagai sarana edukasi
c. Sebagai sarana rekreasi
d. Sebagai sarana prestasi
2. Waktu Penyelenggaraan pameran
a. Pameran rutin
b. Pameran incidental
3. Tempat Penyelenggaraan Pameran
a. Pameran di dalam ruangan (indoor exhibition)
b. Pameran di luar ruangan (outdoor exhibition)
4. Penyelenggara pameran
a. Menentukan tema pameran
b. Menentukan rencana kegiatan
c. Menyusun program pameran
5. Lingkup pameran
6. Jenis pameran

E. Menata Pameran karya Seni Rupa
1. Tata letak karya (display)
2. Tata cahaya (lighting)
3. Sirkulasi pengunjung

Sumber : https://www.facebook.com/permalink.php?id=175163979177372&story_fbid=1028173863876375

Dasar Dasar dalam Membuat Batik

Dasar Dasar dalam Membuat Batik

Setiap orang memiliki kemampuan membuat suatu bentuk kerajinan tangan termasuk juga membatik. Namun tidak setiap orang dapat membuat kerajinan batik yang memiliki nilai keindahan bagi banyak orang. Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk dapat menciptakan sebuah batik yang indah. Tentunya tidak semudah dengan membalikkan telapak tangan. Kesemuanya itu dapat tercapai jika setiap orang mengetahui pengetahuan bagaimana batik itu sendiri, karena dengan adanya pengetahuan maka langkah-langkah untuk mebuat batik yang indah dapat ditempuh dengan lebih mudah. Secara umum ada pengetahuan dasan yang kirangan harus dimiliki untuk dapat membuat kain batik yang indah yakni :
  1. kepandaian mencipta atau melukis dengan lilin.
Kerajinan batik sangat identik dengan lilin. Lilin ibarat tinta pada sebuah kertas dimana kertas tersebut dapat memiliki nilai jika didalamnya terdapat beberapa goresan tinta yang menarik. Untuk memperoleh kepandaian ini membutuhkan keuletan dalam berlatih. Terutama bagi yang tidak memiliki bakat tersendiri dalam bidang ini.
  1. Kepandaian pewarnaan atau pada khususnya kepandaian mencelup kain.
Pewarnaan merupakan unsur pentik selain motif. Warna akan memberikan nilai keindahan seperti halnya sebuah pelangi. Mengetahui beragam teknik pewarnaan dapat dipelajari dengan membaca atau pengalaman sendiri dan tentunya harus dilakukan dengan penuh keuletan untuk menguasai kepandaian ini.
Kedua kepandaian ini dapat dilakukan secara bersamaan atau bergantian bergantung pada kemampuan diri sendiri. Kesemuanya tentunya tidak lepas dari keinginan untuk mencoba mempraktekkannya. Karena jika kita belajar secara langsung tentunya akan banyak pengalaman yang dapat kita peroleh. Untuk dapat memiliki kepandaian mencipta ada beberapa tips yang munkin dapat membantu yakni dengan berlatih terus menerus untuk membuat desain. Ada beberapa tingkatan agar kita pandai untuk menciptakan sendiri desain kita yakni :
  1. tingkat dasar
melatih tangan agar luwes dan cepat dengan cara membuat garis-garis atau bertuk tertentu (sketsa) dalam sebuah kertas.
  1. tingkat menengah
berlatih membuat suatu gambar imajinasi anda. Misalnya dengan mengambungkan bentuk-bentuk yang pernah anda lihat dengan bentuk lain atau membuat variasi sendiri dari bentuk yang pernah dilihat pada sebuah kertas.
  1. tingkat atas
tuangkan gambar-gambar imajinasi anda pada sebuah mori dengan lilin bisa dengan menggunakan canting langsung atau dengan kuas.
Kesemua tahapan ini harus dilakukan secara rutin untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Setelah mahir dalam tahap mencipta kita beranjak ke tahap pewarnaan. Awal kita dapat berlatih dengan pencelupan warna menggunakan napthol.
Pewarnaan batik banyak mengunakan cat napthol karena cepat dan kuat. Napthol tersusunan atas napthol AS sebagai warna dasar dan garam Diazonium sebagai pembangkit warna. Untuk menggunakan napthol sebagai pewarna perlu memperhatikan hal-hal berikut :
A untuk celupan dasar :
2-6 gram cap Napthol
1-3 gram Kostik soda sisik atau batu ( + sedikit TRO atau penggantinya dan + air panas secukupnya)
B. Untuk pembangkitan warna :
5-15 gram Garam Diazo.
Cara melarutkan cat dan mengerjakan celupan “2 kali celup” (untuk pewarnaan dasar)
  1. serbuk cat napthol dimasukkan dalam sebuah wadah kemudian dicampur dengan sedikit TRO dan air, diaduk hingga bernebtuk pasta kemudian diberi air panas secukupnya. Setelah itu, masukana kostik soda dan aduk hingga lauran jernih kemerahan atau kekuningan. Jika masih keruh tambakan kostik soda atau dipanaskan kembali.
  2. larutan napthol dimasukkan ke dalam wadah yang lebih besar kemudian ditambah air secukupnya misalnya, untuk sepotong kain panjang 2,5 meter diperlukan 2-3 liter air.
  3. kain batik kemudian dimasukkan ke dalam larutah dan dibolak-balik hingga 15 menit.
  4. setelh itu,kaind idangkan kemudian diangin-anginkan ditempat teduh.
  5. masukkan garam diazo dalam panci sendiri kemudian tuangkan air secukupnya, aduk hingga membentuk larutan yang kemudian dimasukkan dalam wadah tersendiri dan masukan air secukupnya.
  6. Kain yang telah diangin-anginkan dimasukkan kedalam larutan garam selama 10 menit dan diaduk. Pada rendaman akan muncul warna kemudian kain diambil dan dicuci bersih. Jika warnanya kurang tajam maka proses pencelupan dapat diulang kembali dari awal sebanyak 2 kali.
Sumber : https://cantingbatik.wordpress.com/2008/09/03/dasas-dasar-dalam-membuat-batik/

Jenis - Jenis Batik Menurut Cara Pembuatannya

Jenis - Jenis Batik Menurut Cara Pembuatannya

1. Batik Tulis
Batik tulis adalah batik yang dibuat dengan menggunakan canting. Pembuatan batik tulis ini lebih lama yaitu sekitar 2-3 bulan. Proses pembuatannya yaitu dimulai dengan pembuatan design atau yang disebut dengan molani, menyanting (melukis dengan lilin/malam menggunakan canting), memberi warna, melorot, kemudian penjemuran. Batik tulis tidak memiliki motif pengulangan yang jelas dengan ukuan garis motif yang relatif kecil dibandingkan dengan batik cap.
2. Batik Cap
Batik cap adalah teksture atau corak batik yang dibentuk dengan cap. Biasanya proses pembuatan batik cap lebih cepat daripada batik tulis yaitu sekitar 2-3 hari. Batik cap dikerjakan manual dengan menggunakan alat cap yang biasanya terbuat dari tembaga yang dibentuk dengan design tertentu. Alat cap (stempel) tersebut selanjutanya dicelupkan ke dalam lilin panas, kemudian ditekan atau dicapkan pada kain. Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
3. Batik Sablon/Printing
Batik sablon atau disebut juga batik printing adalah batik yang proses pembuatannya dicetak melalui proses sablon. Proses batik dapat diselesaikan tanpa menggunakan lilin malam serta canting. Prosesnya sama seperti pembuatan spanduk atau kaos sablon namun dengan bahan warna yang lebih bagus mutunya. Permukaan kain batik sablon jika dilihat hanya satu sisi saja yag bergambar, sedangkan sisi lainnya polos. Hal inilah yang membuat warna batik sablon lebih cepat luntur karena warnanya tidak meresap ke kain.
Itulah 3 jenis batik menurut teknik pembuatannya. Dari segi kualitas, batik tulis memang lebih bagus karena proses pembuatannya yang menggunakan canting membuatnya memiliki seni tersendiri.

Perbedaan Antara Batik Tulis, Batik Cap, Batik Printing
Selanjutnya bagaimana caranya untuk membedakan ketiga jenis batik di atas. Secara umum perbedaan ketiga jenis batik tersebut adalah :
Batik Tulis : antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya agak berbeda walaupun bentuknya sama. Bentuk isen-isen relatif rapat, rapih, dan tidak kaku.
Batik Cap : antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya pasti sama, namun bentuk isen-isen tidak rapi, agak renggang dan agak kaku. Apabila isen-isen agak rapat maka akan terjadi mbeleber (goresan yang satu dan yang lainnya menyatu, sehingga kelihatan kasar).
Batik Printing : ornamen bisa sama, bisa tidak, karena tergantung desain batik yang akan ditiru, karena batik printing biasanya meniru batik yang sudah ada, namun yang perlu diketahui tentang warna. Warna batik printing kebanyakan tidak tembus karena proses pewarnaannya satu muka saja..

Sumber :http://margaria.co.id/news/read/2015/06/jenis-jenis-batik-menurut-cara-pembuatannya-

Apresiasi Karya Seni

Apresiasi dan Ekspresi Karya Seni Rupa Terapan A. Apresiasi Keunikan Gagasan dan Teknik dalam Karya Seni Rupa Terapan 1. Pengertian...